BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan tahun ini Sumatera Selatan akan mengalami musim kemarau normal atau serupa dengan 2019. Hal ini akan sangat berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Sumatra Selatan.
Kepala Stasiun Klimatologi Palembang, Hartanto mengatakan, wilayah Indonesia secara umum akan memasuki awal musim kemarau pada beberapa bulan mendatang termasuk Sumsel. Diprediksi awal Mei dasarian ketiga adalah awal musim kemarau di Sumsel.
"Akhir Mei masuk musim kemarau. Ini artinya mundur satu sampai dua dasarian dari normalnya. Puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus. Sifat musim kemarau tahun ini adalah normal, lebih kering dari 2020 dan akan menyerupai atau sedikit lebih basah dengan kondisi pada tahun 2019," kata dia, Selasa (9/3).
Dengan begitu, kata Hartanto, pemerintah daerah dan semua stakeholder harus mewaspadai adanya potensi kebakaran lahan, hutan, kebun dan permukiman. Prediksi ini sebagai upaya tepat dalam mencegah terjadinya bencana karhutla serta dapat mengoptimalisasikan personil dan peralatan untuk mengantisipasi terjadinya bencana tersebut.
"Daerah harus waspada lebih dini, utamanya pada titik-titik lokasi rawan terjadinya bencana karhutla. Agar jangan sampai terjadi kebakaran baru bergerak, melainkan dapat mengantisipasi lebih awal," ucapnya.
Ia menjelaskan, kondisi sangat kering atau hari tanpa hujan akan terjadi selama 60 hari atau dua bulan. Pihaknya terus menggaungkan agar pihak dapat mengantisipasi terjadinya bencana hidrometeorologi di peralihan musim kemarau yang ditandai oleh kelembaban yang rendah, angin yang cukup kuat, dan curah hujan yang cukup rendah.
"Ketiga unsur ini akan saling menguatkan untuk terjadinya kebakaran, jika terjadi kebakaran akan mempersulit upaya pemadaman," ucapnya. (OL-15)