Jalan Lain Menuju Pemulihan Ekonomi

SETELAH setahun lebih pandemi covid-19 berjalan, jumlah korban yang terpapar oleh virus-19 masih tetap banyak dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dengan segera. Bahkan, di beberapa negara telah menyebar jenis varian baru dari virus covid-19 yang lebih ganas, disebut dengan kode B117 dan N439K, yang juga telah menjalar ke Indonesia baru-baru ini.

Dengan kondisi seperti ini, tentunya semua negara masih tetap memberikan prioritas utama terhadap penanganan pandemi guna mencegah baik jatuhnya jumlah korban maupun penularan yang lebih besar. Di samping itu, pemerintah di berbagai negara secara simultan terus berjuang keras mengupayakan agar roda ekonomi di negara masing-masing dapat berputar.

Tanpa adanya duo kebijakan yang simultan ini, upaya penyelamatan jiwa manusia menjadi terhambat dan sekaligus menuju ke arah keruntuhan ekonomi, yang mungkin sulit dan perlu waktu lama untuk membangkitkan kembali.

Pemerintah Indonesia sendiri selama 2020 telah mengucurkan Rp641 triliun untuk berbagai paket stimulus dan pada 2021 telah dianggarkaan sebesar Rp688 triliun. Namun, di luar paket stimulus yang telah digelontorkan pemerintah tersebut, terdapat faktor-faktor lain yang berkontribusi mendorong pemulihan ekonomi menjadi lebih cepat.

 

Vaksinasi massal

Sampai saat ini sudah sekitar 3,7 juta orang telah mengikuti vaksinasi tahap pertama, sekitar 1,3 juta lagi sudah mengikuti vaksinasi di tahap kedua. Mereka ini hanyalah sebagian kecil dari sekitar 181 juta penduduk atau 70% dari total populasi yang ditargetkan untuk mendapatkan vaksinasi.

Pemerintah menargetkan sampai Juni 2021 nanti, sekitar 20% dari populasi sudah memperoleh vaksinasi. Jadi, target 70% diharapkan dapat tercapai sebelum akhir 2021. Apabila 70% penduduk Indonesia sudah divaksin, herd immunity diharapkan mulai terbentuk secara alami.

Itu berarti, dari setiap 10 orang yang bertemu dengan seseorang yang mengalami positif covid-19, 7 orang di antaranya tidak akan tertular karena telah memiliki kekebalan dan antibodi yang cukup untuk menolak penularan virus covid-19. Semakin banyak yang divaksin, semakin tinggi herd immunity. Dengan demikian, angka penularannya semakin kecil dan tingkat penyebarannya, menjadi semakin berkurang.

 

Pertumbuhan ekonomi global

Baik World Bank maupun International Monetary Fund (IMF) telah memberikan ramalan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada 2021 akan kembali mencapai pertumbuhan yang positif, masing-masing 4% dan 5,4%. Ekonomi Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan dunia akan mengalami pemulihan secara bertahap sehingga tidak lagi mengalami kontraksi.

Bangkitnya ekonomi negara-negara tersebut, dan juga negara-negera Uni Eropa, akan berdampak langsung terhadap pemulihan ekonomi global dan regional. Kondisi tersebut, tentunya, membawa dampak positif bagi Indonesia mengingat selama ini mereka telah menjadi tujuan utama dan pasar ekspor barang-barang dari Indonesia. Sekitar 48% dari total ekspor Indonesia menuju negara-negara itu. Dengan demikian, pulihnya ekonomi mereka akan mampu membangkitkan kembali ekonomi Indonesia.

Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila IMF meramalkan ekonomi Indonesia akan mengalami pertumbuhan positif, 4,4%-5,3% pada 2021. Sementara itu, World Bank sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 4,4%.

 

Mendongkrak konsumsi

Salah satu strategi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi ialah meningkatkan konsumsi masyarakat. Sektor konsumsi rumah tangga selama ini memberikan sumbangan sekitar 55% terhadap produk domestik bruto (PDB). Untuk memprovokasi permintaan konsumsi rumah tangga yang lebih besar, baru-baru ini Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan kebijakan relaksasi di sektor sektor properti dan otomotif secara terbatas.

Kebijakan tersebut memungkinkan masyarakat mampu membeli rumah dan kendaraan bermotor tanpa harus membayar PPN untuk rumah di bawah harga Rp2 miliar dan tanpa harus membayar PPnBM untuk mobil di bawah 1.500 cc. Di samping itu, masyarakat yang tidak memiliki cukup uang untuk membeli secara tunai dapat mengajukan permintaan kredit dengan uang muka sampai 0%.

Khusus untuk kebijakan relaksasi di sektor properti, kebijakan tersebut tidak hanya mendongkrak penjualan rumah baru, tetapi juga mempercepat kepemilikan rumah bagi mereka yang selama ini belum mampu memilikinya. Namun, sayangnya, tidak semua pengembang mempunyai stok rumah yang sudah jadi dan siap dijual sehingga tidak semua pengembang dan masyarakat dapat memperoleh manfaat relaksasi tersebut.

Perlu dipikirkan kembali oleh pemerintah untuk memperpanjang jangka waktu relaksasi kebijakan itu ataupun dapat diperluas untuk rumah-rumah inden yang harus selesai dalam jangka waktu tertentu agar pengembang memiliki waktu yang cukup untuk segera membangun rumah-rumah baru.

 

Pemulihan V-shape

Kita berharap, berbagai kebijakan dan stimulus ekonomi yang telah digulirkan, serta program vaksinasi massal, akan mampu membuat ekonomi kita segera bangkit kembali, dari kontraksi yang terjadi selama 2020.

Tidaklah berlebihan kalau kita mengharapkan pemulihan ekonomi yang terjadi menyerupai huruf V, yang artinya penurunan drastis pertumbuhan ekonomi di awal pandemi akan diikuti dengan pemulihan ekonomi yang cepat pula.

Dengan pemulihan ekonomi yang berbentuk V tersebut, permintaan barang dan jasa akan meningkat, mesin-mesin pabrik dapat berproduksi lagi secara normal, lowongan pekerjaan menjadi semakin banyak, pengangguran berkurang, dan pada akhirnya, kita dapat kembali pada kehidupan normal seperti sebelum pandemi terjadi.