Kaprah tidak Berarti Benar

KETIKA saya sedang membaca unggahan temanteman saya di Facebook, tak sengaja muncul di beranda saya sebuah akun yang mengunggah pengumuman pemenang give away (kegiatan yang membagikan hadiah dengan persyaratan tertentu) yang bertuliskan ‘Masing-masing pemenang akan mendapatkan hadiah voucher senilai Rp100 ribu’.

Kemudian, beberapa hari setelahnya, saya melihat sebuah akun di Twitter, @jualjual2020, mengunggah pengumuman untuk pemenang give away juga yang bertuliskan ‘Jual-Jual 2020 akan memberikan subsidi ongkir sebesar maksimal Rp20 ribu kepada tiap-tiap pemenang’.

Dari dua pengumuman tersebut ada frasa yang menarik perhatian saya, yakni pemakaian masing-masing pemenang di pengumuman pertama dan tiap-tiap pemenang di pengumuman kedua. Seketika timbul pertanyaan di benak saya, apakah penggunaan masing-masing dan tiap-tiap di kedua pengumuman tersebut memiliki kedudukan yang sama? Apakah yang tepat masing-masing pemenang, tiap-tiap pemenang, atau keduanya sama saja?

Ternyata bila diselisik dengan melihat artinya di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata masing-masing bermakna seorang-seorang; sendiri-sendiri; tiap-tiap orang. Kata masing-masing merupakan sebuah kata ganti yang didahului kata benda (nomina) yang diterangkan dan dapat digunakan pada akhir kalimat, sedangkan kata tiap-tiap/tiap/setiap selalu diikuti dengan kata benda yang diterangkan dan tidak digunakan pada akhir kalimat.

Dapat disimpulkan bahwa di antara dua frasa ini, masing-masing pemenang dan tiap-tiap pemenang, yang tercantum dalam pengumuman tersebut, penggunaan yang tepat ialah tiap-tiap pemenang.

Kata tiap-tiap memang kerap kali diganti dengan kata masing-masing, terutama dalam pemakaian ragam lisan. Padahal, jelas keduanya tidak bisa saling menggantikan.

Senada halnya dengan gejala tersebut, kata jam dan pukul pun demikian. Tak sedikit yang menganggap kata jam dan pukul punya makna yang sama sehingga banyak yang salah menggunakan dua kata tersebut.

Kata pukul mengandung pengertian ‘saat atau waktu’, sedangkan kata jam menunjukkan makna ‘masa atau jangka waktu’. Dengan demikian, jika maksud yang ingin diungkapkan ialah ‘waktu atau saat’, kata yang tepat digunakan ialah pukul, seperti kalimat ‘Rapat itu akan dimulai pada pukul 10.00’. Akan tetapi, alih-alih memakai kata pukul, kita lebih sering menggunakan kata jam meski sedang menanyakan waktu tertentu. Hal itu karena kesalahkaprahan di masyarakat yang akhirnya menjadi kebiasaan dan dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Kemudian, gejala serupa yang terakhir ialah pemakaian kata kepada dan ke. Kata kepada sering diganti kedudukannya dengan kata ke. Misalnya saja dalam judul berita Kewenangan Hakim dan Panggilan Habib ke Terdakwa Rizieq Shihab (Detik, 20/3).

Padahal, bila kita selisik di dalam KBBI, ke adalah kata depan untuk menandai arah atau tujuan, sedangkan kepada adalah kata depan untuk menandai tujuan orang. Karena ragam cakapan yang membiaskan perbedaan keduanya, akhirnya kata kepada dan ke seolah-olah sama, bahkan ada yang mengganti kata kepada dengan pada. Parahnya lagi, ragam jurnalistik mengakomodasi hal itu (biasanya karena keterbatasan ruang/space).

Masih banyak pengguna bahasa yang belum cermat dalam penggunaan bahasa Indonesia. Akibatnya, kesalahan berbahasa tidak dapat dihindari. Hal itu terjadi karena beberapa faktor, seperti melihat di media massa, mendengar dari orang lain, dan ada kesalahkaprahan di masyarakat pengguna bahasa.

Karena itu, perlu upaya dalam memperbaiki kebiasaan yang salah tersebut, di antaranya meningkatkan peran edukasi media massa melalui penggunaan kata-kata yang tepat sesuai dengan maknanya, meningkatkan kualitas bahasa Indonesia para pendidik, dan yang paling utama ialah menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.