Persaingan yang tak Pernah Lekang

PERSAINGAN perebutan kursi juara boleh tidak melibatkan Arsenal dan Tottenham Hotspur. Namun, bagi kedua klub itu persaingan di antara mereka jauh lebih penting. Sejak 134 tahun lalu, keduanya berlomba untuk mengukuhkan sebagai klub terbaik di London Utara.

Sekarang keduanya boleh memiliki stadion baru. Arsenal mempunyai Stadion Emirates dan Spurs memiliki Stadion Tottenham Hotspur yang sama megahnya. Namun, aroma persaingan antara dua klub bertetangga ini tetap tidak dilepaskan seperti ketika mereka masih bermain di Highbury atupun White Hart Lane.

Perseteruan itu tidak hanya berlangsung ketika mereka bertanding di lapangan hijau, tetapi juga ketika di luar lapangan. Seperti menjelang pertemuan di antara mereka Minggu malam besok di Stadion Emirates, perang saraf sudah dimulai sejak Rabu lalu.

Adalah pelatih Arsenal Mikel Arteta yang membuka perseteruan. Ia menuduh Spurs diuntungkan menjelang pertemuan di antara dua musuh bebuyutan itu. “Spurs enak tidak harus pergi jauh-jauh karena mereka memainkan pertandingan 16 Besar Liga Eropa melawan Dinamo Zagreb di kandang sendiri, Kamis. Kami harus terbang ke Yunani untuk bertemu Oympiakos,” kata pelatih asal Spanyol itu.

Karuan saja Jose Mourinho langsung meradang. “Pada 6 Desember lalu ketika kami menjamu Arsenal, tiga hari sebelumnya kami harus bermain di lapangan yang lìcin seperti es menghadapi LASK Linz dan baru tiba kembali jam 3 dini hari di London. Sementara itu, Arsenal menghadapi Rapid Vienna di Stadion Emirates. Apakah itu bukan juga menguntungkan bagi Arsenal,” sergah Mourinho.

Arsenal mencatat kemenangan 3-1 saat bertemu Olympiakos kemarin dini hari WIB. Sementara Spurs mendapatkan tiga angka penuh setelah mengalahkan Zagreb 2-0 meski harus dibayar mahal dengan cedera lutut mesin gol Harry Kane.

Prestise bagi kedua klub London Utara itu memang sesuatu yang sangat berharga. Ibaratnya mereka boleh kalah oleh klub mana pun, tetapi tidak oleh tetangga yang satu ini. Aib besar bagi pendukung The Gunners kalau sampai timnya dikalahkan The Lilywhites.

Arteta sengaja melemparkan perang urat saraf karena Arsenal tidak pernah menang dalam lima pertandingan terakhir melawan Spurs. Kalau malam ini kembali menelan pil pahit, mereka bukan hanya semakin tercoreng namanya, tetapi semakin terbenam di papan tengah.

 

Gareth Bale 

Spurs pantas untuk ditakuti Arsenal karena sudah mendapatkan kembali Gareth Bale. Mantan bintang Spurs ini sempat lama tidak tampil setelah kembali ke London Utara. Kini Mourinho melihat Bale sudah menemukan permainan terbaik sehingga bisa menjadi pendobrak baru yang bisa diandalkan.

Mourinho justru mengindikasikan akan kehilangan dukungan Giovani Lo Celso sebagai penyerang dari lini kedua, tetapi Spurs masih memiliki Lucas Moura atau Dele Alli yang bisa mengisi tempat di belakang Kane.

Melihat daya dobrak yang begitu kuat dari tim tamu, Arteta sangat mungkin kembali menempatkan empat pemain di belakang. David Luiz dan Pablo Mari mendapat tugas berat untuk meredam serangan lawan.

Dua bek sayap Kieran Tierney dan Cedric Soares atau Hector Bellerin betul-betul harus mengawasi pergerakan Son dan Bale. Mereka harus bisa sedekat mungkin berada di dekat kedua pemain itu agar tidak leluasa untuk mengembangkan kecepatan mereka.

Dua gelandang bertahan Thomas Partey dan Granit Xhaka sangat diandalkan untuk bisa memotong alur serangan di lapangan tengah. Kiper Bernd Leno harus bekerja ekstra keras apabila Spurs mendapatkan ruang untuk bisa menekan pertahanan Arsenal.

Mereka akan ditantang dua gelandang Spurs yang bertugas untuk mengalirkan bola baik melalui sayap maupun umpan terobosan langsung kepada Kane. Ada tiga pemain yang bisa dipilih Mourinho untuk memenangi pertarungan di lapangan tengah. Ia bisa menduetkan Tanguy Ndembele dan Pierre- Emile Hojbjreg atau Harry Winks dan Hojbjerg.

Gelandang asal Denmark Hojbjerg menjadi pilihan utama karena bukan hanya disiplin dalam bertahan, melainkan juga mampu menjadi pendobrak pertahanan lawan. Konsistensi bermain yang menjadikan Hojbjerg selalu mendapatkan di tim utama

 

 

Aubameyang atau Lacazette

Belum pernah dalam sejarah Arsenal sampai enam kali tidak pernah menang melawan Spurs. Rekor terburuk mereka seperti sekarang ini lima kali tidak pernah menang dan itu terjadi di kurun 1993 hingga 1996.

Apabila Arteta tidak ingin tercatat sebagai pelatih dengan rekor terburuk melawan klub tetangga, tidak ada pilihan lain kecuali keluar menyerang dan menang. Mereka harus tampil all-out seperti ketika mengandaskan Leicester City 3-1.

Tantangan paling berat bagi Arteta ialah memilih untuk menurunkan Pierre-Emerick Aubameyang atau Alexandre Lacazette sebagai ujung tombak. Aubameyang mulai juga menemukan form terbaiknya sehingga membuat Arteta harus kembali memberikannya tempat kepadanya.

Tiga pemain di belakang ujung tombak tunggal memiliki banyak alternatif. Pemain asal Chelsea Willian sudah pasti menjadi pilihan untuk beraksi dari sayap kiri. Namun, di sayap kanan Nicolas Pepe dan Bukayo Saka sama-sama memiliki kekuatan yang baik.

Satu lagi yang akan beraksi di belakang Aubameyang atau Lacazette bisa diberikan kepada Martin Odegaard atau Emile Smith Rowe. Pemain terakhir ini diistirahatkan Arteta saat bertandang ke Oympiakos karena cedera pinggul.

Pilihan empat pemain penyerang yang tepat akan menentukan bisa meraih kemenangan atau tidak besok malam sebab mereka akan menghadapi tembok kuat pertahanan Spurs yang dikawal kiper Hugo Lloris.

Mourinho mempunyai dua bek sayap yang juga sangat tangguh, yakni bek kanan Serge Aurier dan bek kiri Sergio Reguilon. Sementara itu, di jantung pertahanan, duet yang bisa dipakai Spurs bisa pilihan Eric Dier-Davinson Sanchez atau Toby Alderweireld-Sanchez.

Setelah penampilan yang meyakinkan di ajang Liga Europa, Arteta lebih percaya diri dalam menghadapi Derbi London Utara besok malam.

“Saya sudah mempunyai susunan terbaik dan kalaupun ada perubahan hanya pergantian kecil dalam menghadapi Spurs nanti,” ujar pelatih asal Spanyol itu yakin.