Petualangan Pelatih Amerika di Tanah Jerman

 

SAY with football. Sepak bola sungguh merupakan bahasa yang universal. Semua kekakuan otomatis hilang ketika menggunakan bahasa sepak bola. Dari sepak bola kemudian bisa didapatkan persahabatan.

Itulah yang saya rasakan selama empat bulan menjadi Duta Besar Indonesia untuk Singapura. Keakraban dengan Duta Besar Jerman Dr Norbert Riedel terbangun ketika sama-sama mulai bicara sepak bola. Apalagi ketika tahu saya pendukung fanatik Die Mannschaft, Jerman.

Hanya bedanya saya merupakan pendukung Bayern Muenchen, sedangkan Riedel sebagai orang Stuttgart pasti menjadi pecinta fanatik VfB Stuttgart. “Oh no. Saya besar dan tinggal di Stuttgart. Tidak mungkin saya meninggalkan Stuttgart meski prestasinya tidak sebaik Bayern Muenchen,” ujar diplomat senior Jerman itu.

Sejak pertemuan pertama di KBRI, Riedel tidak pernah lupa untuk berbicara tentang sepak bola. “Tommy, saya dengar Bayern Muenchen akan datang dan main di Singapura pada istirahat musim panas nanti. Kalau Bayern Muenchen datang ke Singapura, kita cari tiket dan nonton sama-sama,” kata Riedel ketika bertemu lagi saat makan siang bersama.

Malam ini kami harus saling 'berhadapan'. Bayern Muenchen mendapat giliran untuk menjamu Stuttgart di Allianz Arena. Sembilan pertandingan tersisa membuat pertandingan malam ini sangat menentukan. Bayern mengincar gelar kesembilan kalinya berturut-turut. Stuttgart yang sementara berada di peringkat delapan, mengincar tiket lolos ke Liga Eropa musim mendatang.

 

Pelatih Amerika

Langkah Stuttgart untuk menembus jajaran elite menarik untuk ditunggu. Pasalnya, Die Schwaben tidak ditangani oleh pelatih yang berasal dari negara yang sepak bolanya kuat. Pellegrino Matarazzo yang melatih Stuttgart, meski namanya berbau Italia, ialah orang Amerika.

Jika dibandingkan dengan Jerman yang empat kali menjadi juara dunia, Amerika Serikat boleh dikatakan anak bawang. Mereka baru mengenal sepak bola ketika terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 1994. Menjelang kejuaraan hendak digelar, baru mereka menggelar kompetisi nasional sepak bola karena itu menjadi persyaratan FIFA kalau mau dipilih menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Namun, Matarazzo cepat belajar. Meski baru pada 2000 belajar sepak bola di Jerman, sarjana matematika terapan dari Universitas Columbia itu mampu cepat beradaptasi. Setidaknya ia cepat berpindah dari pemain menjadi pelatih karena 10 tahun menjadi pemain tidak kunjung bisa masuk ke klub besar dan tampil di Bundesliga.

Kiprah Matarazzo sebagai pembesut tim dimulai dengan menjadi asisten pelatih bagi duet Rene Mueller dan Michael Wiesinger di klub tempat ia bermain di Nuernberg. Dia ditugaskan untuk menangani pemain di bawah 17 tahun.

Setahun setelah itu, ia dipercaya menangani pemain di bawah usia 19 tahun. Waktu empat tahun sebagai pelatih U-19 dipergunakan untuk mengikuti pendidikan pelatih di Hennes Weisweiler Akademie. Di akademi itu, Matarazzo bertemu dengan Julian Nagelsmann yang kini menjadi pelatih RB Leipzig.

“Saya bahkan tinggal satu kamar dengannya karena saya kagum dan banyak belajar dari dia. Saya belajar bagaimana cara melatih di lapangan. Saya juga tertarik dengan prinsip menyerang dan menyusun tim,” kata Matarazzo jujur.

Kebersamaan itu berlanjut ketika Nagelsmann mengajak Matarazzo untuk menjadi asisten pelatih di Hoffenheim. Kebetulan pada 1 Juli 2017, Hans-Dieter ‘Hansi’ Flick– kini menjadi pelatih Bayern Muenchen–ditunjuk sebagai Managing Director Hoffenheim. Di musim 2017/2018, mereka berdua berhasil membawa Hoffenheim membuat prestasi besar dengan mengalahkan Borussia Dortmund 3-1 untuk menempati urutan ketiga Bundesliga sehingga mendapat tiket tampil di Liga Champions.

Malam ini, Matarazzo tak hanya diuji untuk adu kehebatan melawan Hansi Flick. Laga itu juga akan menentukan apakah ia bisa menjadi pelatih sepak bola Amerika pertama yang mampu mengalahkan Bayern Muenchen. Kalau itu bisa dilakukan, Matarazzo membantu rekan sekamarnya, Nagelsmann, yang sedang berupaya mematahkan dominasi FC Hollywood sebagai langganan juara Bundesliga.

 

 

Pemain muda

CEO Stuttgart Thomas Hitzlsperger merasa tidak salah memilih Matarazzo karena dianggap sukses menjalankan tugas yang diberikan. Ia diberi tanggung jawab untuk mengangkat Stuttgart yang mengalami degradasi untuk masuk kembali ke Bundesliga dan menyusun tim dengan materi pemain muda. Di tangan Matarazzo, Stuttgart merupakan tim yang diisi pemain-pemain paling muda di Bundesliga. Rata-rata usia pemainnya sekarang ini 24,4 tahun. Saat memimpin klubnya bermain di Bundesliga 2, bahkan usia paling tua dari pemainnya, Sasa Kalajdzic, ketika itu 22 tahun 10 bulan.

Kapten kesebelasan yang merupakan pemain paling senior di Stuttgart, Gonzalo Castro, sangat menghormati sang pelatih. Matarazzo dinilai sangat percaya kepada para pemainnya dan tidak pernah membebani dengan target yang berat.

“Cara berkomunikasi dengan pemain selalu menggunakan kata-kata yang tepat dan waktu yang tepat. Semua disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Ia sangat percaya, meski umumnya masih berusia muda, para pemainnya tahu apa yang harus mereka lakukan di lapangan,” kata pemain berusia 33 tahun itu.

Matarazzo sangat percaya dengan pola 3-4-2-1 yang menjadi kekuatannya. Pola itulah yang akan diterapkan menghadapi raksasa sepak bola Jerman malam nanti.

Di samping tiga center-back yang tangguh, yakni Waldemar Anton, Konstantinos Mavropanos, dan Marc-Oliver Kemp, Matarazzo memiliki empat gelandang yang luar biasa. Ia punya pemain asal Jepang, Wataru Endo, yang tidak pernah lelah beroperasi dan dua gelandang sayap– Silas Wamanituka di kanan dan Borna Sosa di kiri–yang sangat lincah.

Castro sendiri berperan sebagai playmaker didampingi Phillip Foerster untuk memasok bola kepada ujung tombak tunggal Kalajdzic. Pemain asal Austria itu ibarat raksasa karena tinggi badannya mencapai 2 meter. Stuttgart merupakan klub keempat setelah Bayern Muenchen, Dortmund, dan Eintracht Frankfurt yang paling produktif di Bundesliga musim ini.

Matarazzo sangat paham lawan yang harus dihadapi malam ini merupakan tim yang solid. Apalagi malam ini praktis semua pemain terbaik Bayern Muenchen sudah bisa turun kembali. Kapten dan kiper Manuel Neuer yang absen saat bertemu Lazio di Liga Champions karena demam, sudah bisa berdiri lagi di bawah mistar.

Center-back David Alaba juga siap mendampingi Jerome Boateng mengawal jantung pertahanan. Bersama Benjamin Pavard di bek kanan dan Alphonso Davies di bek kiri, pertahanan klub Bavarian itu tidak hanya tangguh, tapi juga mampu menopang serangan untuk menggempur pertahanan lawan.

Satu yang diperkirakan absen malam ini ialah penyerang sayap Kingsley Coman. Namun, Bayern Muenchen masih memiliki Serge Gnabry dan Leroy Sena yang akan memasok bola kepada ‘mesin gol’ Robert Lewandowski.

Matarazzo sangat percaya diri meski harus menghadapi tim raksasa di kandangnya. Pengalaman saat menjadi asisten pelatih Hoffenheim dan merebut kemenangan 2-1 atas Muenchen di Allianz Arena pada musim kompetisi 2017/2018 menjadi modal untuk kembali membuat kejutan. “Saya tahu kelemahannya dan akan coba kami optimalkan. Kami harus membuktikan itu melalui konten dan kualitas. Saya tahu tidak ada yang mudah dan saya harus berupaya keras untuk mencapai apa yang saya harapkan,” ujar pelatih asal Amerika yang sudah 21 tahun bertualang di tanah Jerman itu.