RAGAM merupakan varian dalam bahasa Indonesia. Ragam berkait dengan penting atau tidaknya bahasa Indonesia pada saat itu. Bila situasi nya nonformal, bisa jadi kita bisa menggunakan kata nonbaku. Namun, bila kita menggunakan ragam tulis, kebakuan itu mesti ditampakkan atau dimunculkan. Akan tetapi, sering kali di ragam jurnalistik, wartawan menukar ragam lisan yang dituliskan.
Dalam dunia jurnalistik, dikenal dengan istilah bahasa jurnalistik, yakni gaya bahasa yang digunakan jurnalis (wartawan) dalam menulis berita. Disebut juga bahasa komunikasi massa (language of mass communication) atau newspaper language, yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak dan online).
Dalam bahasa Indonesia terdapat ragam bahasa. Ada ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Sering nya timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan bahasa tulisan itu sama, membuat banyaknya ragam lisan yang ditulis semakin marak. Contohnya kata nulis, nunggu, nyuci, nonton, ngobrol, ngomong, nongkrong, ngetik, dan lain-lain. Kata-kata itu tidaklah baku, membuat kalimat tidak efektif, dan tidak berlogika. Namun, sampai saat ini tampaknya masih banyak orang yang belum sadar atas kekeliruan (kesalahan) dalam penulisan tersebut.
Dalam kaidah bahasa Indonesia, kata kerja nulis seharusnya diganti dengan menulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menulis berasal dari kata tulis. Pun dengan kata nunggu, yang tepat ialah menunggu (berasal dari kata tunggu). Kata kerja nyuci, seharusnya mencuci karena berasal dari kata cuci. Kata nonton, yang benar ialah menonton (berasal dari kata tonton). Kata ngobrol, yang tepat ialah mengobrol (berasal dari kata obrol atau obrolan). Kata ngomong, yang benar ialah mengomong (berasal dari kata omong). Kata nongkrong, yang tepat ialah menongkrong. Begitu pun dengan kata ngetik, yang benar ialah mengetik (berasal dari kata tik).
Ragam bahasa tulis memiliki kaidah yang baku dan teratur, seperti tata cara penulisan (ejaan), tata bahasa, kosa kata, kalimat, dan lainlain. Dapat dikatakan ragam bahasa tulis menuntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa, seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca.
Ini berbeda dengan ragam bahasa lisan yang berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, kata tidak baku, kalimat tidak efektif, tidak berlogika, bahkan terdapat frasa-frasa sederhana. Tidak semua orang dapat berbahasa lisan secara baik. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan sering kali menggunakan ragam tidak formal.
Dalam menulis hendaknya penggunaan kata atau pilihan kata harus tepat. Tidak memasukkan atau mencampurkan ragam bahasa lisan ke dalam tulisan. Hal ini untuk menghindari kerancuan kalimat, maksud, dan salah makna dari tulisan tersebut. Dengan demikian, informasi dapat dipahami pihak lain dan mendapatkan kualitas komunikasi yang efektif.
Tidak semua orang dapat menggunakan ragam lisan pada tempatnya. Masih banyak ragam yang tertukar. Masih banyak orang yang tidak menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar dalam penulisan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh, yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.